HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW Oleh: Prof. Dr. Endang Komara, M.Si

Ada banyak sekali makna maulid yang bisa kita ambil berdasarkan beberapa dalil yang dibahas para ulama. Hikmah tersebut bukan hanya sekadar pemahaman kosong belaka, tapi berdasarkan pemahaman terhadap dalil hadist maupun pendapat sahabat Nabi Muhammad Saw antara lain:
1.    Sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah.
Orang bijak mengatakan: ‘’salah satu rukun cinta adalah mencintai apa yang dicintai oleh yang kita cintai’’. Maksudnya adalah kalau kamu mengatakan cinta sepenuhnya kepada Allah Swt, maka salah satu cara adalah mencintai apa yang Dia cintai, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad Saw. Karena beliau adalah manusia yang paling mulia dan paling Allah cintai di muka bumi ini.
Hadist di bawah ini menceritakan oang penentang Islam, yakni Abu Lahab, yang karena senangnya denga kelahiran Nabi sehingga di Neraka ia mendapat dispensasi keringanan siksaan oleh Allah, yakni setiap Senin tiba.
Maksud hadist di atas kurang lebih menyebutkan bahwa dikisahkan ketika Tsuwaibah, yakni budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira mengenai kelahiran sang bayi yang sangat mulia, yakni Muhammad Saw, maka Abu Lahab pun langsung memerdekakan Tsuwaibah sebagai tanda cinta dan kasih sayangnya pada kelahiran Muhammad kecil. Dan karena kegembiraannnya itulah, maka kelak di hari kiamat, siksa atas dirinya diringankan setiap masuk hari Senin (HR. Bukhori)
Jadi senang saja sama kelahiran Nabi sudah begitu besar pahalanya, apalagi kalau kita mau mengenang kembali sejarah Maulid Nabi Muhammad Saw dalam bentuk membaca perjalanan dan kemuliaan sifatnya serta menyanjung beliau dengan sanjungan yang baik.

2.    Mencari Rdho dan Rahmat Allah Swt
Tak ada yang lebih berharga di dunia ini selain dari rahmat dan ridho-Nya. Karena dengannya kita akan merasa tentram dan damai hidup di dunia yang fana ini.
Imam Syafi’I sendiri mengungkapkan bahwa: ‘’Barang siapa yang mengumpulkan sanak saudaranya guna memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian menyediakan di dalmnya makanan, juga tempat serta berbuat baik untuk mereka serta ia menjadi orang yang dengannya dibacakan Maulid Nabi, maka akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, serta para syuhada dan orang-orang shaleh. Dan dia akan dimasukkan ke dalam syurga na’im. Sebuah hadist mengatakan:
Artinya; ‘’Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di syurga.

3.    Tanda Kesempurnaan Iman
Artinya: Tidaklah sempurna iman salah satu diantara kalian, sehingga aku (Nabi Muhammad Saw) lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia (HR Bukhori-Muslim)

4.    Karakteristik Rasulullah  Muhammad Saw (sosok pribagi yang pas untuk diteladani bagi umat manusia)
Petunjuk hidup umat islam adalah Al Qur’an (Firman Allah), namun contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari adalah kepribadian Rasulullah Saw. Dalam diri dan pribadi Rasulullah-lah penjabaran Al-Qur’an diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Qur’an hidup), sehingga sabda dan perbuatannya (Al-Hadist) menjadi pedoman bagi kita, yaitu:
Q.S. Al-Ahzab: 21:

‘’Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Q.S. Al-Anbiya: 107


‘’Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam’’.
Rasulullah Saw sendiri telah bersabda:


‘’Aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia’’. (HR. Thabrani dari Jabir, dan Ahmad dari Mu’adz bin Jabal)



Ada 3 (tiga) hal kepribadian Nabi Muhammad Saw yang sudah semestinya kita teladani, yaitu:
1.    Sebagai pribadi muslim, Nabi Muhammad Saw memiliki:
a.    Salimul Aqidah: aqidah yang bersih
b.    Salimul Ibadah: ibadah yang benar
c.     Akhlaqul Karimah: budi pekerti yang mulia
d.    Bidang Muamalah memiliki: 
1)    Qowwiyul Jismi: jasmani yang kuat
2)    Mutsaqqotul Fikri: intelek dalam berfikir
3)    Mujahadatul  Linafsihi: berjuang melawan hawa nafsu
4)    Harishun Ala Waqtihi: pandai menjaga waktu
5)    Munazhzhamun fi  Syuunihi: teratur dalam suatu urusan
6)    Qodirun Alal Kasbi: memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri
7)    Nafi’un Lighoirihi: bermanfaat bagi orang lain
2.    Sebagai pemimpin Nabi Muhammad memiliki:
a.    Keteladanan dalam iman
Seorang pemimpin umat yang beriman dan taat (taqwa) kepada Allah, dalam pengambilan keputusan dan kebijakannya selalu mengacu kepada kebenaran, kesatuan antara perkataan, hati dan perbuatan tercermin dalam sikapnya yang ikhlas dalam mencari rido-Nya.
b.    Keteladanan dalam akhlak
Akhlak yang mulia dapat menyentuh hati. Sebagaimana sebuah riwayat adanya seorang Yahudi buta yang sangat membenci Rasulullah dapat masuk Islam. Karena akhlak mulia beliau. Tak pernah lupa beliau selalu menyuapi orang buta itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan dihina setiap hari.  Tapi beliau terus bersabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu mengelus punggung orang buta tadi, layaknya kepada seorang anak kecil. 
c.     Keteladanan dalam pengorbanan
Seorang pemimpin adalah orang yang harus lebih banyak berkorban dari orang yang dipimpinnnya. Dia mengorbankan waktunya, pikirannya dan hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun langsung membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan dan menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.
d.    Keteladanan dalam menghadapi masalah
Rasulullah pun selalu dapat memberikan solusi jika terdapaat konflik atau masalah. Solusinya pun tepat sasaran. Bahkana beliau dapat menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam pengikutnya dengan win-win solution.
Jika pemimpin dapat memberikan teladan, insya Allah maka perubahan kea rah yang lebih baik akan terjadi. Pemimpin itu ibarat sumber mata air di hulu. Bila di hulu airnya telah keruh, maka ke bawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya telah bersih dan jernih, maka kebawahnya pun insya Allah akan bersih juga.
Oleh Karen itu, jadilah pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi lingkungan sekitar. Kita semua adalh pemimpin, maka kita harus dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain,dalam setiap sikap dan tutur kata kita. Jadilah kita seorang memiliki hati yang bersih dengan berakhlak mulia. 

3.     Sebagai panutan dalam hidup berumah tangga
Bagi orang-orang yang telah berkeluarga, maka Rasulullah teladan yang terbaik. Beliautidak pernaha berkata kasar kepada isteri dan anaknya. Adapun sikap Nabi dengan keluarganya sebagai berikut:
a.    Bersikap adil
Nabi Muhammad Saw sangat memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal, termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempatv tinggal, nafkah, pembagian bermalam dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke istri-istri beliau yang lain.
b.    Bermusyawarah dengan istrinya
Rasulullah Saw mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa jahiliyah sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya. Islam dating mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada di tangan laki-laki. Sebagaimana Allah Berfirman:
‘’Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha perkasa labi Maha Bijaksana.’’ (Al Baqarah: 228)
c.     Lapang dada dan penyayang
Istri-istri Rasulullah Saw memberi masukan tentanag suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan memberlakukan mereka  dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang dari mereka sekalipun. Belum pernah terjadi demikian sebelum datangnya Islam.
d.    Pelayan bagi keluarga
Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Belaiau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Rasulullah Saw bersabda: ‘’Pelayanan  anda untuk istri anda adalah sedekah’’. Adalah Rasulullah Saw mencuci pakaian, membersihkan sandal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan anggota keluarganya.
e.    Berhias untuk istrinya
Rasululah Saw mengetahui betul kebutuhan seorang wanita untuk berdandan di depan laki-lakinya, begitu juga laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rsulullah Saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan. Rasulullah Saw bersabda: ‘’Cucilah baju kalian, sisirlah rambut kalian, rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri kalian. Karena Bani Isra’il tidak melakukan hal demikian, sehingga wanita-wanita mereka berzina.
f.      Bercanda dengan keluarga
Rasulullah Saw tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun tanggung jawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat,  canda akan menyegarkan suasana hati, menggembiakan jiwa, memperbaharui semangat dan mengembalikan fitaitas fisik. Dari aisyah r.a. berkata: ‘’kami keluar bersama Rasulullah Saw dalam suatu safar. Kami turun di suatu tempat. Beliau memanggil saya dan berkata: ‘’ayo adu lari’’ Aiyah berkata: kami berdua adu lari dan saya pemenangnya. Pada ksempatan safar yang lain, Rasulullah Saw mengajak loma lari. Aisyah berkata: ‘’Pada kali ini beliau mengalahkanku. Maka Rasulullah Saw bersabda: ‘’Kemenangan ini untuk membalas kekalahan sebelumnya’’.