PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM KURIKULUM 2013

Prof. Dr. Endang Komara, M.Si dan Dr. H. PURWADHI, M.Pd. 

Abstrak
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).   
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) masuk pada masa percobaannya Tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku.
Kata kunci: Pendekatan, saintifik, kurikulum 2013, penilaian, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.
I.               Pendahuluan
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasii substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’mengapa’’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’bagaimana’’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensii sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila memenuhi 7 (tujuh) kriteria pembelajaran berikut; pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Kedua, penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Ketiga, mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan sama lain dari materi pembalajaran. Kelima, mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Keenam, berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. 
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi antara lain: pertama, mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti menentukan objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas data apa yang perlu diobservasi baik primer maupun sekunder, menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi seperti menggunakan buku catatan-kamera-tape recorder-pedeo perekam dan alat tulis lainnya.
Kedua, menanya. Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dan merangsang proses interaksi.
Ketiga, menalarIstilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan daari kasus-kasus yang berisifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengamatan empirik. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme (kategorial, hipotesis dan alternatif)
 Keempat, mencoba. Dimasudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Akativitas pembelajaran yang nyata antara lain: 1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, 2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, 3) mempelajari dasar teoretis yang relevan dan hasil eksperimen sebelumnya, 4) melakukan dan mengamati percobaan, 5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, 6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan 7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Mudah-mudahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah peserta didik diharapkan memiliki Standar Kompetensi Lulusan seperti: 1) Sikap, pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan perabannya; 2) Keterampilan, pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkrit; 3) Pengetahuan, pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
II.             Pembahasan
A.   Pendekatan Saintifik 
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses pembelajaran. Pendekatan saintifik termasuk pembelajaran inkuiri yang bernapaskan konstruktivisme. Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta (Permendikbud No. 65 Tahun 2013).
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifk diantaranya adalah guru harus menyajikan pembeljaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense og wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage abservation), melakukan analisis (Push for analysis) dan berkomunikasi (Require communication).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin tahu/perlu diketahui), menanya, merumuskan perrtanyaan (dan merumuskan hipotesis), mengumpulkan informasi dengan berbagai teknik, menalar/mengasosiasi, menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan mengkominukasikan jawaban/kesimpulan. Langkah-lankah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.
Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah bertindak sebagai narasumber/fasilitator; mengatur/mengarahkan kegiatan belajar; memberi umpan balik dan memberikan penjelasan. Guru tidak sekedar membiarkan peserta didik memperoleh/mengkonstruk pengetahuan sendiri, guru memberi setiap bantuan yang diperlukan oleh peserta didik.
Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang meliputi:
1.    Tahap mengamati
Membantu peserta didik menemukan/mendaftar/menginventarisasi apa saja yang ingin/perlu diketahui sehingga dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
2.     Tahap menanya
Membantu peserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
3.    Tahap mengumpulkan informasi
Membantu peserta didik merencanakan dan memperoleh data/informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
4.    Tahap menalar/mengasosiasi
Membantu pserta didik mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan.
5.    Tahap mengkomunikasikan
Mengatur, memberi umpan balik, memberi penguatan, memberi penjelasan/informasi lebih luas.
6.    Tahap mencipta
Memeberi contoh/gagasan, menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi penghargaan, sebagai anggota yang terlibat langsung.

B.    Kurikulum 2013
Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum antara lain: Kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006, yakni sebagai berikut:
1.    Standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi.
2.    Standar isi dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.
3.    Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keteramplan dan pembentukan pengetahuan.
4.    Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.
5.    Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah.
Sedangkan Kurikulum 2013, seperti dikemukakan oleh Komara (2014:83), pertama standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompeensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).
Menurut Hamad (2013), paling sedikit ada enam perubahan dalam penerapan Kurikulum 2013, yaitu pertama terkait dengan penataan sistem perbukuan, dikelola oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan dan substansinya diarahkan oleh tim pengarah dan pengembangan kurikulum. Tujuannya agar isi dapat dikedalikan dan kualitas lebih baik. Kedua, penataan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru. Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru. Momentum Kurikulum 2013 adalah hal yang tepat untuk melakukan penataan terhadap pola pelatihan guru termasuk  penjenjangan terhadap karier guru dan kepangkatannya. Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK). Kelima, terkait dengan memperkuat NKRI. Mealui kegiatan ekstrakurikuler kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat prosi tambahan pendidikan karakter, baik yang menyangkut nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya. Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat itegrasi pengetahuan bahasa-budaya. 
Pada Kurikulum 2013, peran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran lain. Kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran bahasa Indonesia. Melalui cara ini, maka pembelajaran bahasa Indonesia termasuk kebudayaan, dapat dibuat menjadi kontekstual. Sesuatu yang hilang pada model pembelajaran bahasa Indonesia saat ini.
Inti dari Kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik integrative. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, social, seni dan budaya. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif, sehingga natinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.    
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut:
1.    Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu.
2.    Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasisi aneka sumber belajar.
3.    Dari pendekatan kontekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.
4.    Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.
5.    Dari pembelajaran pasial menuju pembelajaran terpadu.
6.    Dari pembelajaran yang menekankan jawaban unggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7.    Dari pembe;ajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8.    Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskill) dan keterampilan mental (softskil).
9.    Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajaran sepanjang hayat.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan-kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah siswa.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi daan efektivitas pembelajaran, dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik
III.            Penutup
Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
A.    Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, social, seni dan budaya. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif, sehingga natinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.    
B.    Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitia membuktikan bahwa pembelajaran tradisional, retensi informasi dan gurus ebesar 10 persen, setelah 15 menitdan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. 
DAFTAR PUSTAKA

Hamad, Ibnu. 2013. Enam Perubahan pada Kurikulum 2013 Dibanding Kurikulum Lama. Dalam Detknews. 14-7-2013
Kemedikbud. 2014. Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PMPTK.
Komara, Endang. 2014. Belajar dan pembelajaran Interaktif. Bandung: Refika Aditama. 
Komara, Endang. 2016. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Refika Aditama.
Permendikbud No. 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar da Menengah. Dalam http://id.search.yahoo.com.