PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN PEMBELAJARAN ABAD 21
ENDANG KOMARA,
Prof, Drs, Dr, M.Si
| |
Guru Besar ASN LLDIKTI Wilayah IV Dpk pada Magister Pendidikan IPS STKIP Pasundan, Ketua Paguyuban Profesor LLDIKTI Wilayah IV,
Ketua Dewan Pakar ASPENSI, Ketua Dewan Pakar DPP GNP TIPIKOR
|
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran adalah peran guru sebagai penghantar informasi kepada siswa secara menyeluruh. Karena saat ini proses mengajar bukan sekedar menyampaian pengetahuan semata tanpa keterampilan khusus melainkan mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif, model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur dan adaptif berorientasi kekinian.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut, namun secara filosofi tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam pertumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, olah rasa dan olah raga dalam memecahkan masalah kehidupan dalam dunia nyata.
Model pembelajaran Problem Based Instruction adalah model yang dipakai untuk membangkitkan daya pikir peserta didik untuk fokus pada permasalahan dan mencoba menggali gagasan dan pengalaman siswa yang diimplementasikan pada pemecahan masalah.
Menurut Hanafiah (2010:274), Problem Based Learning bahwa pembelajaran berbasis masalah/pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah dan belajar bagaimana belajar. Pengaruh aliran pendidikan dalam model pembelajaran Problem Based Instruction, antara lain: Pertama, Dewey dan Kelas Demokrasi, menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan dimana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat besar sementara kelas merupakan sebuah laboratorium untuk menyelesaikan kehidupan nyata. Kedua, Piaget pedagogi yang baik harus melibatkan anak itu sendiri dimana anak-anak itu mandiri dalam melakukan eksperimen. Ketiga, Vygotsky, perkembangan intelektual terjadi saat berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini, Vygotsky juga percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain memicu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Keempat, Brunner mengungkapkan suatu teori yang mendukung yang penting dikenal sebagai pembelajaran penemuan, yaitu model penemuan yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.
Dengan demikian, Problem Based Instruction dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berdasarkan masalah yang menyajikan masalah kemudian merangsang berpikir tingkat tinggi (analisis, sistesis dan mengkreasi) untuk menyelesaikan kehidupan nyata secara mandiri untuk bereksperimen dalam memecahkan masalah melalui penemuan pribadi.
Prinsip pembelajaran berdasarkan masalah yang meliputi: Pertama, mengidentifkasi masalah dengan jelas. Kedua, membangun hipotesis alternatif. Ketiga, memberikan informasi baru setelah hipotesis. Keempat, membangun solusi yang jelas sesuai dengan masalah dan kondisi yang seharusnya berdasarkan informasi dan penjelasan dengan alasan yang jelas.
Lebih lanjut Komara (2016:50) dalam buku berjudul ‘’Belajar dan pembelajaran Interaktif’’, bahwa langkah-langkah Problem Based Learning yang meliputi: Pertama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Kedua, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lain-lain). Ketiga, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Keempat, guru memabantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Kelima, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Kathwoll dan Anderson (Apandi dan Baehaqi, 2018:122), bahwa kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C-1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C-3 (mengaplikasikan) dan C-4 (menganalisis), tetapi juga harus ada peningkatan. Sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi) dan C-6 (mengkreasi).
Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21, guru harus memiliki keterampilan proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa (student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam pembelajaran bukan hanya sebagai sumber belajar tetapi juga sebagai inspirator dan fasilitator.
Menurut Mulyasa (2006:70-92), bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan antara lain: keterampilan bertanya, memberikan penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dengan demikian maka, model pembelajaran Problem Based Instruction merupakan model yang dipakai untuk membangkitkan daya pikir peserta didik untuk lokus pada permasalahan dan mencoba menggali gagasan dan pengalaman siswa, selain itu dalam pembelajaran ada beberapa skill yang dapat diterapkan secara bersamaan. Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik yakni: Computational Thinking, Creative, Critical thinking, Collaboration, Communication dan Compassion. Kemudian peserta didik dituntut mempunyai kompetensi akademik, menguasai literasi baru dan keterampilan abad 21 yang baik, sebagai modal dasar pembangunan nasional di dunia. Juga dituntut menjadi warga negara Indoensia yang baik, memiliki moralitas, empati, toleran, problem solvers bagi pembanguan nasional dan dunia serta mempunyai hasrat untuk memimpin, mengubah Indonesia menjadi lebih baik.