RAMADAN BULAN EDUKASI
ENDANG KOMARA
Prof., Drs., Dr., M.Si
| |
Guru Besar LLDIKTI Wilayah IV Dpk
Pada Magister PIPS STKIP Pasundan,
Ketua Korpri dan Ketua Paguyuban Profesor LLDIKTIWilayah IV, Ketua Dewan Pakar ASPENSI
|
.
Setiap sebulan sekali dalam satu tahun, umat Islam di seluruh dunia diwajibkan berpuasa sebulan penuh, selama Ramadan. Sebagian dari mereka ada yang hanya menahan lapar dan haus, hanya bersantai dan tertidur saja hingga tiba waktu berbuka. Namun ada juga sebagian yang lain tetap semangat menggiatkan diri beribadah, menambah rakaat shalat sunat (Rawatib & Tarawih), bertadarus Al-Qur’an, giat belajar dan bekerja, serta berbagi rezeki terhadap saudaranya yang membutuhkan. Malah mungkin, kegiatan yang dijalankan di bulan Suci Ramadan 1441 H ini lebih giat dibandingkan dengan bulan-bulan lain dan Ramdan pada tahun-tahun sebelumnya. Terlebih pada Ramadan tahun ini relatif berbeda dengan Ramadan sebelumnya, ketika saat ini ada ujian yang sangat berat menghadapi ganasnya Covid-19, bahkan ujian itu jauh lebih berat daripada sebelumnya. Ujian itu membuat kita berubah dalam menyambutnya, baik yang terkait dengan ibadah wajib maupun ibadah sunnat.
Sebenarnya esensi bulan Suci Ramadan telah termaktub dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah, ayat 183-184), bahwa Allah Swt, memerintahkan hambanya untuk berpuasa guna menjadi manusia yang bertaqwa, dengan ikhlas mentaati perintah-Nya dan bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya. Kemudian di bulan ini, pahala pun dilipat gandakan, dan segala hidayah bag taburan bintang di malam hari. Bagi siapa yang teguh dan khusyu melewati bulan ini dengan aktivitas yang bermanfaat, maka kelak ia akan menerima kemuliaan pada bulan-bulan berikutnya. Rasulullah Muhammad Saw selalu meningkatkan ibadahnya dan semakin teguh dalam mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru negeri.
Puasa merupakan suatu bentuk ibadah yang menjadi kewajiban di bulan Ramadan. Semua umat Islam menahan lapar dan haus di siang hari, tidak berhubungan suami-istri, dan menahan amarah hingga waktu berbuka. Semua itu dilakukan agar puasa yang dijalankan dapat bernilai kebajikan sehingga tidak menodai kemurnian dan nilai-nilai luhur puasa. Dari puasa ini, sesungguhnya Allah Swt mendidik hamba-hambanya disebut sebagai bulan edukasi, diantaranya untuk dapat menahan hawa nafsu, syahwat, dan pikiran keruh sehingga tercipta manusia yang berakhlak mulia (akhlaqul qarimah).
Ramadan merupakan bulan edukasi, di bulan ini mendidik hati untuk selalu dekat kepada Allah Swt, selalu berdzikir mengingatnya, mentaati perintah-Nya, dan mengunci nafsu dari perbuatan yang lalai terhadap-Nya. Selama sebulan, umat Islam dibina untuk mengendalikan dirinya, mengendalikan hati, akal, dan nafsu-Nya. Layaknya sebuah sekolah, bulan Ramadan merupakan bulan pendidikan. Kita dididik untuk mengendalikan diri, berkorban, beribadah semata-mata hanya untuk Allah Ta’ala. Lebih dari itu, dalam hadist Qudshi, Allah merahasiakan pahala dari Ramadan ini, mulai 10-1.000, bahkan 1.000.000 kebaikan jika memang hamba-Nya bersungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa. Apabila memaksimalkan diri untuk semakin giat beribadah, memperdalam ilmu agama, dan terus mengurung nafsu dalam kotak ketaqwaan selama bulan pendidikan ini, maka pasti akan meraih kemenangan yang hakiki. Kita akan naik kelas, semakin mulia di mata Allah dan semakin luhur di hadapaan manusia. Semoga kita tidak menyia-nyiakan kemuliaan Ramadan sebulan ini, kita belajar mendidik diri kita, meningkatkan keataqwaan dan kesungguhan beriabadah selama Ramadan agar menjadi insan bertaqwa (mutaqin), manusia yang terdidik, dan manusia yang mulia di sisi Allah Swt.
Adapun keistimewaan Ramadan, seperti dijelaskan oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. (2020) antara lain: Pertama, bulan wajib berpuasa sebulan penuh untuk melatih kesabaran dan meningkatkan iman. Kedua, bulan yang terbuka pintu rahmat Allah Swt. Ketiga, bulan yang memiliki satu amalam lailatul qadar atau malam yang lebih baik daripada beribadah seribu bulan (83 tahun). Keempat, bulan peringatan turunnya Al-Qur’an. Kelima, bulan pengampunan dosa-dosa yang telah lalu. Keenam, bulan yang memiliki pahala berlipat ganda sampai 70 kali lipat. Ketujuh, bulan yang membuat orang menunaikan ibadah umrah dihargai seperti yang menunaikan ibadah haji. Kedelapan, bulan yang sepuluh hari terakhirnya sangat baik untuk melakukan I’tikaf.
Selama bulan Suci Ramadan harus bergembira, hal ini disebabkan beberapa argumeni sebagai berikut: Pertama, Ramadan merupakan bulan penggugur dosa, Rasulullah Saw bersabda dengan lisannya yang mulia: ‘’Shalat lima waktu, shalat Juma’at sampai ke shalat Juma’at berikutnya (walaupun tetap kita lakukan beribadah di rumah selama Pandemi Covid-19), puasa Ramadan ke puasa Ramdan berikutnya adalah sebagai penghapus dosa apabila perbuatan dosa besar ditinggalkan’’. (H.R. Muslim). Hadirnya Ramadan sungguh menjadikan momentum bagi kita untuk membersihkan diri dari segala noda, dosa dan kemaksiatan yang tidak kita sadari. Ibarat pakaian yang sehari-hari kita pakai, meskipun tidak terkena lumpur atau kotoran yang jelas, tetap saja kita harus mencucinya karen ada debu yang melekat erat padanya. Begitupun diri kita, sekalipun kita kita menjalani dosa besar, namun tentu saja kita sadari terkadang ada hal yang kita lakukan menyebabkan noda kecil dalam hati kita, bisa jadi melalui lisan, pandangan, atau bahkan anggota badan kita. Inilah yang menjadi kegembiraan tibanya bulan Suci Ramadan, karena mendapat kesempatan untuk menyucikan diri dari kita. Maka marilah kita menjalankan ibadah syaum dengan penuh iman, ikhlas dan pengharapan, serta memperbanyak istighfar, agar Ramadan ini menjadi bulan pengampunan berbagai dosa kita. Terlebih dalam menghadapi ujian Covid-19 di bumi Allah ini.
Kedua, Ramadan merupakan bulan musim kebaikan, dimana kita menjalankan ibadah syaum dengan penuh semangat, ikhlas dan sungguih-sungguh terasa lebih ringan. Inilah yang dijelaskan dalam hadist Rasulullah Saw, tentang Ramadhan sebagai musim kebaikan yang menakjubkan: ‘’Bulan dimana dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah malaikat: wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah, demikian sampai berakhirnya Ramadan’’. (H.R. Ahmad). Inilah yang menjadikan kegembiraan tibanya bulan Suci Ramadan, karena kebaikan begitu mudah dilakukan. Bersama-sama kita lihat biasanya di masjid, dan mushola kini beralih, shalat fardhu, Jum’atan, tarawih bahkan shalat Idul Fitri-pun dilakukan di rumah, Pencegahan Sosial Bersekala Besar (PSBB) merupakan ikhtiar Pemerintah untuk memutus penularan Pandemi Covid-19 melalui Psysical Distancing dan Social Distancing,agar tetap Ramadan menyinari kita dengan banyak amal dan kegiatan, mulai pagi hari hingga malam, melaksanakan amal kebaikan yang begitu beragam.
Ketiga, Ramadan ukhuwah meningkat. bekerja dari rumah, belajar di rumah dan beribadahpun di rumah dari mulai sholat tarawih berjamaah, tadarusan Al-Qur’an selepas tarawih, hingga shalat shubuh berjamaah. Hal tersebut mengandung hikmah dalam merasakan keindahan ukhuwah yang luar biasa dan menemukan keharmonisan di dalam keluarga, yang tidak ditemukan pada bulan lainnya. Bulan Ramadan disebut bulan edukasi seperti dijelaskan oleh Dr Raghib As-Sirjani (2014), yakni: Mendidik kaum muslimin untuk memenuhi perintah-Nya secara totalitas; mendidik kaum muslimin agar menundukkan syahwatnya; mendidik untuk mengendalikan hawa nafsu dan menahan amarahnya; mendidik senang berinfak; mendidik memiliki rasa persatuan, persaudaraan dan kasih sayang; mendidik merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain; mendidik ketakwaan dalam hati kaum muslimin.
Tujuan yang ingin dicapai dari ibadah puasa adalah membentuk pribadi yang mampu menghadirkan Allah Swt dalam setiap aktivitas dan perilakunya, maka orang tersebut akan senantiasa terbimbing dari perbuatan yang dilarangnya. Setelah sebulan penuh dididik Ramadan, ilmupun didapat, maka langkah selanjutnya adalah mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri, keluarga dan orang lain pada 11 bulan berikutnya. Akhirnya kita menuju Indonesia sebagai ‘’Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur. *** Semoga ***.