HUMAN CAPITAL BERKUALITAS & UNGGUL



ENDANG KOMARA,
Prof, Drs, Dr, M.Si

Guru Besar ASN LLDIKTI Wilayah IVDpk pada Magister PIPS STKIP Pasundan,
Ketua Paguyuban Profesor LLDIKTI Wilayah IV, Ketua Umum GNP TIPIKOR Pusat dan Dewan Pakar ABPPTSI Pusat

Sejarah peradaban manusia membuktikan bahwa manusia mampu menciptakan lebih banyak informasi dari yang dapat diserap oleh manusia itu sendiri, baik melalui literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial maupun literasi budaya dan kewargaan yang dapat mempercepat perubahan secara internal dan eksternal. 
Manusia dituntut memiliki keterampilan, kompetensi dan pengetahuan yang diperolehnya melalui pengalaman belajar. Pada 2016, lama sekolah di Indonesia 7,92 tahun atau hampir menyelesaikan pendidikan hingga kelas VIII atau SMP kelas II. Menurut Surya (2019), Indeks Pendidikan Indonesia rendah, daya saing pun lemah. Menurutnya, bahwa 2019 menunjukkan, bahwa Singapura memiliki rerata lama sekolah paling lama dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu 11,5 tahun. Negara berikutnya adalah Malaysia dengan rata-rata lama sekolah selama 10,2 tahun. Selain itu, Filipina memiliki rerata lama sekolah sebesar 9,3 tahun. Sementara itu Indonesia, rata-rata lama sekolahnya adalah 8 tahun. Di bawah Indonesia adalah Thailand (7,6 tahun), Laos (5,2 tahun), Myanmar (4,9 tahun), dan Kamboja (4,8 tahun).
Laporan yang dirilis oleh INSEAS (2019), menyusun pemeringkatan dengan penekanan penting pada pendidikan. Beberapa aspek pendidikan menjadi ukuran di antaranya pendidikan formal, vokasi, literasi baca-tulis- hitung, peringkat universitas internasional, relevansi pendidikan dengan dunia bisnis, jumlah lulusan teknisi dan peneliti, jumlah hasil riset, dan jurnal ilmiah.
Berdasarkan Educational Index yang dikeluarkan oleh Human Development Report, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor (0,622). Skor tertinggi diraih Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia (0,719) dan disusul oleh Brunei Darussalam (0,704). Pada posisi keempat ada Thailand dan Filipina, keduanya sama-sama memiliki skor 0,661. Angka tersebut dihitung menggunakan Mean Years of Schooling dan Expected Year of Schooling.
Memberikan pengalaman belajar membutuhkan finansial sebagai investasi dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Jika suatu bangsa ingin maju dan sejahtera, maka bangsa itu termasuk Indonesia harus memprioritaskan investasi pembangunan SDM (human capital), untuk mencapai tingkat nilai yang tinggi dan tersedia SDM yang unggul. Hal tersebut memerlukan sumber daya manusia yang kreatif, produktif dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, dan bekerja keras dengan komitmen dan dedikasi tinggi didukung integritas yang tinggi. Pembangunan human capital (modal manusia) melalui investasi pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mempersiapkan masa depan genarasi emas (Golden Age) pada tahun 2045.
Menurut Sedarmayanti et.al (2020:154), bahwa perkembangan manusia sebagai bagian dari masyarakat dapat menjadikannya manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang memiliki keadilan, kejujuran, integritas, rasa sosial, demokratis, dan penghargaan tinggi terhadap nilai kebenaran. Manusia berkualitas yang diperlukan oleh bangsa terbentuk manakala rumah, komunitas spiritual, dan sekolah dapat membentuk seseorang itu sejak awal sehingga seseorang itu dewasa. Tempat di mana anak-anak didik menjadi hal penting membentuk keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang menjadi jati dirinya sebagai manusia yang utuh. Variabel penting dalam SDM adalah kemampuan, sikap, nilai-nilai, kebutuhan, dan karakteristik demografis.
Variabel tersebut oleh Gomes (2003:26), dipengaruhi oleh lingkungan seperti norma dan nilai masyarakat, tingkap pendidikan, dan peluang yang tersedia. Sifat SDM selalu berkembang, baik jumlah maupun mutunya, maka untuk memperoleh keseimbangan antara SDM yang tersedia dengan tingkat perkembangan ekonomi pada tahap tertentu diperlukan manajemen SDM yang tepat pada tingkat daerah, regional dan nasional.
Mekanisme pembinaan dan pembangunan SDM sangat tergantung pada sistem manajemen yang digunakan dan juga dipengaruhi oleh kekuatan visi dari pimpinan yang mengendalikan organisasi. Menurut Salim (2020), membagi tiga macam kualitas manusia yang perlu mendapat penekanan, jika bangsa Indonesia mau berhasil, yaitu: Pertama, kualitas spiritual mencakup aspek iman, takwa dan moral. Kedua, kualitas masyarakat dan berbangsa termasuk kesetiakawanan sosial, rasa tanggung jawab, dan disiplin sosial. Ketiga, kualitas kekaryaan, dalam hal ini dituntut; faktor pribadi seperti kecerdasan, pengetahuan, keterampilan dan mandiri; faktor lingkungan dalam organisasi seperti situasi kerja dan kepemimpinan; faktor luar organisasi seperti memahami nilai-nilai sosial dan ekonomi.
Dari pandangan di atas, ditegaskan bahwa SDM yang diperlukan Indonesia adalah orang-orang yang cakap, dapat dipercaya, memiliki motivasi tinggi, memiliki kemampuan dan kecakapan, menciptakan iklim kerja yang produktif dan solid. Dengan demikian maka human capital managemen merupakan manajemen talenta yaitu SDM yang unggul. Arahan Presiden 2019-2024 (Junaidi, 2020) untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul antara lain: Pertama, Pendidikan Karakter, dengan memprioritaskan pendidikan karakter dan pengamalan terhadap nilai-nilai Pancasila. Kedua, deregulasi dan debirokratisasi, potong semua regulasi yang menghambat terobosan dan peningkatan investasi. Ketiga, meningkatkan investasi dan inovasi melalui kebijakan pemerintah harus kondusif untuk menggerakkan sektor swasta agar meningkatkan investasi di sektor pendidikan. Keempat, penciptaan lapangan kerja, semua kegiatan pemerintah berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Utamakan pendekatan pendidikan dan pelatihan vokasi yang baru dan inovatif. Kelima, pemberdayaan teknologi, memperkuat teknologi sebagai alat pemerataan, baik daerah terpencil maupun kota besar mendapatkan kesempatan dan dukungan yang sama untuk pembelajaran.
Merdeka dalam belajar, prodi yang dipejari menjadi starting point, dapat mengambil mata kuliah prodi lain di luar fakultas/ di kampus lain. Pembelajaran di kelas bersifat diskusi, problem solving, dan higher order thinking. Dosen sebagai penggerak yang memfasilitasi pembelajaran mahasiswanya secara independent, baik melalui literasi data, yakni kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital; literasi teknologi yakni memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, Engineering Principles); Literasi Manusia, bersifat humanities, komunikasi dan desain; maupun Experiental Learning, melalui pendidikan pengalaman dan Robot Proof (kenali diri untuk menyintas di Era Robot). Juga penguatan karakter melalui 6C’s yakni Computation Thinking, Creative, Critical Thinking, Collaboration, Communication, dan Compassion. *** Semoga ***.


DAFTAR PUSTAKA


Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen sumber Daya Manusia. Jakarta: Andi Offset.

Junaidi, Aris. 2020. Perguruan Tinggi Unggul dan STOK Kemendikbud. Dalam Stadium Generale Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Salim, Emil. 2020. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jakarta: LP3ES.

Sedarmayanti, Teni Listiani dan Mulyaningsih. 2020. Inovasi dan Manajemen Pengetahuan Untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul. Bandung: Refika Aditama.

Surya, Tirta Adi. 2019. Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun Lemah. Dalam http://tirto.id. Diakses 5 Juni 2020.